Hidup manusia adakalanya membahagiakan, ada ketika mendukacitakan. Persis roda yang berputar, terkadang di atas terkadang gelunsur turun ke bawah pula. Tatkala senang itu tiba, hati serasa indah tak terkata. Namun bila ujian Allah tiba, terkadang kita tersungkur rebah menangisi sebuah kekecewaan.
Saat itu ujian Allah terus bertimpa menguji, adakah hambanya itu masih bersyukur walau jatuh rebah tersungkur? Apa yang pasti, senang atau susah kesyukuran tetap saja harus dipanjatkan agar paksi jiwa tak terkeluar daripada landasan walau secebis rasa.
Lalu redha adalah penawar terbaik untuk membina sebuah kesabaran. Kesabaran yang memerlukan kekuatan mental dan fizikal bagi menghadapi segunung cabaran.
Mengapa harus berputus asa? Sebagai muslim, usahlah kita terlalu berdukacita dengan kesusahan sehingga menderita berpanjangan. Bangkitlah, bina kembali sebuah kekuatan. Usaha demi usaha yang berterusan disamping doa dan kesyukuran ke hadrat Ilahi secara berterusan.
Allah SWT itu Maha menguji. Terkadang DIA menguji kita dengan sebuah kesusahan, terkadang dengan sebuah kegembiraan. Semuanya itu adalah sebagai kayu ukur buat hamba-Nya sejauh mana kekuatan syukur yang kita praktikkan dalam kondisi kehambaan pada Azza Wajalla.
… dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (Surah Yusuf: 12)
Di petik dari faridrashidi.com
No comments:
Post a Comment